Apa Itu Kenakalan Remaja?


Grow to Give ǀ Jumat, 4 Oktober 2019
SMAN 1 Gedeg, PIK-R SMANSAGE
Salam GenRe

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. 

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma- norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. 

Definisi kenakalan remaja menurut para ahli, antara lain : 

1. Kartono (ilmuwan sosiologi) : Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. 

2. Santrock : "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal". 

3. Mussendkk (1994) : Mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. 

4. Hurlock (1973): Menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat individu yang melakukannya masuk penjara. 

5. Conger(1976) & Dusek (1977) : Mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. 

6. Drs.B.Simanjutak,S.H. : Tinjauan dari sosiokultural arti dari juvenile delinquency yaitu apabila perbuatan-perbuatan itu bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup,atau suatu perbuatan anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsure-unsur anti normatif. 

7. Drs.Bimo Walgito (Psikolog) : Merumuskan arti selengkapnya dari juvenile delinquency sebagai berikut : tiap perbuatan,jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. 

8. Dr.Fuad Hasan : Merumuskan definisi delinquency sebagai berikut : perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. 


Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. 


B. Jenis-JenisKenakalan Remaja

a. Penyalahgunaan narkoba 
b. Seks bebas 
c. Balapan liar 
d. Minum minuman keras 
e. Tawuran antara pelajar 
f. Penipuan 
g. Pemerasan 
h. Pencurian 
i. Pembunuhan 
j. Penganiayaan 
k. Membolos sekolah,dan sebagainya


C. Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja 

a. Faktor internal : 

1. Krisis identitas 

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. 

2. Kontrol diri yang lemah 

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. 

b. Faktor eksternal : 

1) Keluarga 
  Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Secara umum dapat dinyatakan bahwa anak delinkuen pada umumnya dating dari rumah tangga dengan relasi manusiawi penuh konflik percekcokan,yang disharmonis. Kurangnya kasih saying orang tua. 

2) Kondisi Masyarakat (Lingkungan Sosial) 
  Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan ”, merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. 

3) Pengaruh Kawan Sepermainan atau teman sebaya 
  Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya. 

4) Pendidikan 
  Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak. 

5) Penggunaan Waktu Luang 
  Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah.Dan sebaliknya. 

6) Perilaku Seksual 
  Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. 
Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. 


Faktor-faktor penyebab munculnyakenakalan remaja, menurut Kumpfer danAlvarado :
  • Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial. 
  • Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial. 
  • Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya). 
  • Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak. 
  • Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak. 
  • Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga. 
  • Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga. 
  • Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain. 
  • Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru. 
  • Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja. 


D. Hal-Hal yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Kenakalan 

Tindakan secara preventif yang dilakukan antara lain : 

1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga. 
2. Berikan kasih saying yang cukup kepada anak. 
3. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin.
4. Mendirikaan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka. 
5. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinkuen dan non delinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan untuk persiapan transmigrasi.dll. 

Tindakan hukuman bagi anak remaja delinkuen antara lain : 

Menghukum mereka sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap adil, dan bisa menggugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan mandiri. 

Tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak delinkuen : 

a. Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik berupa pribadi familial, sosial ekonomis dan cultural. 

b. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik,atau ke tengah lingkungan sosial yang baik. 

c. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja. 

d. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan disiplin. 

e. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan. 

Cara lain dalam mengatasi kenakalan remaja : 

1. Kegagalan menghadapi identitas peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. 

2. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka. 

3. Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian susila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama. 

4. Untuk menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan kesibukan dan mempercayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada.Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. 

5. Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. 

6. Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi arahan arahan di komunitas mana remaja harus bergaul. 


7. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.


Oh iya, pantengin terus jejaring sosial kami yaa☺

Salam Genre
(PIK-R Grow to Give)

0 Komentar